Desain Bendungan Jatiluhur

Oleh : Andrijanto, Rahmat Sudiana

Proses perencanaan pembangunan bendungan di Sungai Citarum dimulai dari penetapan lokasi. Berdasarkan gagasan awal Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein berjudul “Integrated Water Resources Development in the Western Part of Java Island”, direncanakan dibangun tiga buah bendungan di Jatiluhur. Penyelidikan-penyelidikan pertama dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang waktu itu masih dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, dengan mempekerjakan tenaga-tenaga ahli dari Perancis.

Sesuai dengan konsep pembangunan bendungan, yakni dimulai dari udik ke hilir, rencana awal pembangunan dimulai dengan melakukan pengukuran di daerah Padalarang, yaitu lokasi Bendungan Saguling saat ini. Pengukuran tidak dapat diteruskan karena pada waktu pelaksanaan banyak mengalami gangguan dari pasukan DI/TII, memakan korban beberapa petugas ukur yang meninggal dunia. Pengukuran kemudian dipindahkan ke lokasi berikutnya, yakni lokasi sekitar Bendungan Cirata saat ini. Sama seperti dengan di daerah Padalarang, di lokasi ini pun mendapat gangguan dari DI/TII, sehingga akhirnya pengukuran dilakukan di sekitar lokasi Jatiluhur. Mempertimbangkan masalah keamanan dan kebutuhan irigasi yang mendesak, maka diputuskan pembangunan Bendungan Jatiluhur.

Setelah ditetapkan rencana lokasi tubuh bendungan, dimulai pekerjaan perancangan yang dalam perjalanannya mengalami beberapa perubahan. Proses perancangan dan perubahan yang terjadi baik selama perancangan maupun pada saat pembangunan adalah sebagai berikut:

Desain Awal (Preliminary Design)

Bendungan Jatiluhur dirancang pertama kali oleh Neyrpic Laboratory (sejak tahun 1955 Neyrpic Laboratory berubah menjadi Sogreah), sekitar tahun 1953. Sogreah (dulu Neyrpic Laboratory) adalah perusahaan Perancis yang bergerak dibidang konsultasi perencanaan yang juga memiliki pabrik pembuatan unit pembangkit listrik (khusus pembuatan turbin dan waterways).

Berbeda dengan desain yang sekarang, denah bendungan berbentuk busur dengan jari-jari 360 m ke arah udik dengan pelimpah samping yang terletak di sebelah kiri bendungan. Panjang bendungan lebih pendek karena memanfaatkan semenanjung yang berada di udik bendungan saat ini. Terowongan pengelak berada di sebelah kiri bendungan, berjumlah dua buah dengan diameter 10,5 m. Direncanakan salah satu terowongan pengelak akan digunakan sebagai intake pembangkit listrik. Memiliki 4 unit pembangkit listrik yang terletak di hilir bendungan dengan pengambilan di kiri bendungan, (lokasi di tubuh bendungan sekarang pada bagian kiri) memanfaatkan sebagian diversion tunnel sebelah kanan.

Gambar 1: Preliminary Design Denah Bendungan Jatiluhur oleh Neyrpic.

Gambar 2: Ilustrasi Rencana Lokasi Tubuh Bendungan Berdasarkan Preliminary Design

Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai berikut:

Tipe Bendungan                            : Urugan Batu dengan inti tanah liat.

Lebar puncak                                : 6 m.

Elevasi puncak bendungan          : +111,00 m.

Kemiringan lereng                         :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.

Pelimpah                                       :  Pelimpah samping saluran terbuka, menggunakan 4 buah pintu pengeluaran lebar masing-masing 8 m, dengan elevasi udik pelimpah +88,00 m dan hilir +21,00 m. Lebar saluran pelimpah 20 m.

PLTA                                             :  4 unit, berada di hilir bendungan. Lokasi sekitar tubuh bendungan yang sekarang. Intake memanfaatkan diversion tunnel kanan.

Elevasi puncak cofferdam udik    : +41 m.

Saluran Pengelak                         :  berjumlah dua buah, dengan diameter masing-masing 10,50 m.

Rencana ini tidak diteruskan karena berdasarkan hasil penyelidikan geologi menunjukkan bukit tumpuan kanan terdapat sinklin dengan pelapisan yang miring kearah hilir. Sedangkan kondisi geologi lokasi spillway kurang baik.

Desain Kedua.

Desain bendungan berikutnya dilakukan oleh A. Coine & J. Beller Consulting Engineers Paris. Desain yang dibuat masih berbentuk busur, namun arahnya berlawanan dengan desain sebelumnya, yaitu berbentuk busur ke hilir. Mempertimbangkan kondisi geologi yang ada, maka bukit tumpuan bendungan digeser ke hilir, kurang lebih sekitar 100 m. Lokasi bukit tumpuan dalam desain kedua ini persis sama dengan lokasi bukit tumpuan bendungan saat ini.

Desain pelimpah diubah dari sebelumnya menggunakan pelimpah samping, pada desain kedua ini menggunakan pelimpah dengan struktur morning glory (lihat penjelasan sebelumnya tentang pelimpah morning glory). Sedangkan PLTA disatukan dalam bangunan menara morning glory. Letak PLTA di udik bendungan tidak lazim, biasanya berada di bagian hilir bendungan. Pertimbangan PLTA disatukan dengan bangunan menara pelimpah adalah berdasarkan efisiensi, artinya tidak perlu dibuatkan bangunan tersendiri untuk bangunan PLTA (beda tinggi hilir tidak signifikan) dan intake ke PLTA tidak terlalu panjang sehingga dapat mengurangi loses.

Gambar 3: Denah Bendungan Jatiluhur Berdasarkan Desain Kedua.

Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai berikut:

Tipe Bendungan                            : Urugan Batu dengan inti tanah liat miring.

Lebar puncak                                : 10 m.

Elevasi puncak bendungan          : +114,50 m.

Kemiringan lereng                         :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.

Menara pelimpah utama               :  Tipe Morning Glory, Ogee, 14 jendela, tanpa pintu, elevasi mercu +107 m, panjang mercu   151,5 m, dengan 14 buah jendela. Kapasitas 3.000 m3/s pada elevasi maksimum. Diameter menara  terluar  90 m. Tinggi menara  110 m.

Elevasi puncak cofferdam udik    : +65 m.

Saluran Pengelak                         :  satu buah, dengan diameter 10,50 m, berada di kanan menara, berlawanan dengan desain sebelumnya.

Desain Akhir.

Desain akhir bendungan sebagian besar sama dengan desain kedua. Yang membedakannya adalah tapak dan kemiringan inti tanah liat bendungan. Pada desain akhir ini bentuk as bendungan digeser ke udik, sehingga mengakibatkan jarak tubuh bendungan dengan bangunan menara menjadi semakin dekat. Perubahan lainnya adalah inti tanah liat yang memiliki kemiringan lebih tegak dibandingkan sebelumnya.

Perubahan ini dilakukan pada masa konstruksi. Pada waktu konstruksi menara dan tailrace/access gallery selesai pada tahun 1962, ditemukan pergeseran yang terjadi pada joint 1 dan 2 tailrace dan access gallery ke arah hilir. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut pada waktu itu dilakukan pengeboran dan pada pondasinya ditemukan lapisan seam clay yang licin di antara sandy claystone dan claystone miring yang ke hilir.

Gambar 4: Kondisi Geologi di Bawah tailrace dan Access Gallery (Penampang Berdasarkan Desain Kedua).

Berdasarkan hasil analisis terdapat kekhawatiran bahwa pergeseran joint 1 dan 2 akibat dari pergeseran lapisan pondasi. Diputuskan pada waktu itu untuk melakukan pengangkuran lapisan pondasi tersebut.

Gambar 5: Skema Pengangkuran dan Penampang Bendungan Setelah Dilakukan Perubahan Desain.

Pengangkuran dilakukan dengan menggunakan besi beton berulir diameter 32 mm.

Gambar 6: Desain Rinci Pengangkuran.

Setelah dilakukan pemasangan angkur, masih terdapat kekhawatiran bila tubuh bendungan sesuai dengan desain, tubuh bendungan akan mengalami pergeseran ke arah hilir. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, desain disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga desain tubuh bendungan menjadi seperti gambar di bawah ini:

Gambar 7: Desain Akhir Bendungan Jatiluhur

Gambar 8: Penampang Melintang Bendungan Utama Melalui Struktur Menara Pelimpah

Gambar 9: Penampang Melintang Bendungan Utama

Catatan    :

1  Diversion Structure

2  Downstream Cofferdam

3  Upstream Cofferdam

4  Main Dam

Data Teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan desain akhir dapat dilihat pada tulisan sebelumnya.

Remedial Work.

Pada tahun 1996 dilakukan Remedial Work dengan tujuan untuk memperbaiki kestabilan tubuh bendungan. Salah satu kegiatan Remedial Work tersebut adalah melandaikan lereng bendungan utama bagian udik dan hilir.

5 Responses to Desain Bendungan Jatiluhur

  1. tantan says:

    kalo bendungan cirata ada ga ???

  2. swara hadiwirosa says:

    Mau tanya,penting banget nih,
    Kapan (tgl/bln/th) kalimalang yang melintasi Bekasi dan Jakarta pertama kali dialirkan airnya?

  3. Nice post. I used to be checking continuously this blog and I’m impressed! Very helpful info particularly the final section 🙂 I take care of such information a lot. I used to be seeking this particular information for a long time. Thank you and best of luck.

  4. andre says:

    tgl brp yaa..kasih tau g ya??

Leave a reply to tantan Cancel reply